Magelang- Selesai dari Pasar
kebonpolo, siswa-siswi kelas satu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ihsanul
Fikri Kota Magelang melanjutkan kunjungan belajar bersejarah ke Museum Jenderal
Sudirman di Jalan Ade Irma Suryani C7, berseberangan jalan dengan Taman Badaan
Kota Magelang (9/4). Kunjungan ini bertujuan memperkenalkan sejarah hidup
pahlawan yang terkenal siasat perang gerilyanya, yaitu Jenderal Sudirman. Kunjungan
dimulai pukul 09.00 selesai pukul 10.00 WIB.
![]() |
Bagian Ruang Tamu- Siswa-siswi SDIT Ihsanul Fikri terlihat antusias dalam menyimak penyampaian kisah Panglima Besar Jenderal Sudirman dari konservator. |
Ustadzah Kriswati, selaku guru
pendamping mengungkapkan bahwa agenda kunjungan siswa SDIT Ihsanul Fikri ke
museum rutin dilakukan setiap tahunnya. Belajar
jelajah sejarah Ini merupakan salah satu metode pembelajaran efektif untuk
melihat langsung tempat maupun benda-benda bersejarah bagi anak. Ditambahkan
juga oleh Ustadzah Anisa, selaku wali kelas 1E bahwa, “Kegiatan belajar di luar kelas merupakan
rangkaian kegiatan kunjungan yang diperuntukkan bagi kelas satu yang berjumlah
157. Kegiatan ini bertujuan agar anak lebih mengenal para pahlawan kemerdekaan
Indonesia”, jelas ustadzah Anisa.
Kunjungan belajar bersejarah anak-anak
SDIT Ihsanul Fikri ini disambut baik oleh Muhammad Ardani (25) selaku satu-satunya
konservator di Museum Jenderal Sudirman. Ardani sendiri telah mengabdi selama
tujuh tahun di museum Jenderal Sudirman ini. Ardani mengungkapkan
kegembiraannya, “kunjungan adik-adik SDIT Ihsanul Fikri ini menciptakan suasana
Museum menjadi meriah, karena biasanya museum hanya ramai di waktu-waktu tertentu, misalnya di
awal atau akhir semester tahun ajaran baru.”.
Ardani juga mengungkapkan bahwa media
belajar melalui kunjungan dapat melatih anak untuk mengetahui dan mengenal
tokoh yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Museum Sudirman merupakan salah satu tempat
bersejarah yang berdiri sejak 40 tahun lalu, tepatnya berdiri pada 27 Februari
1975. “Ketika itu diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Pak Supardjo Rustam”, terang
Ardani.
Sebagai museum umurnya baru empat puluh tahun,
tetapi sesungguhnya bangunannya sendiri telah berusia kurang lebih delapan
puluh lima tahun, jelas Ardani. Bangunan ini mempunyai tujuh ruang, terdiri
dari ruang tamu, ruang kerja, ruang dokter pribadi, kamar tidur, tempat
pemandian jenazah, ruang makan dan ruang dapur. Mengetahui hal ini, anak-anak semakin ingin tahu dan aktif bertanya baik
kepada guru pendamping maupun kepada Ardani sang konservator. (YIF)![]() |
Bagian ruang kerja Jenderal Sudirman- Siswa-siswi tengah asyik melihat isi meja kerja sang Panglima bersama seorang guru pendamping mereka. |