oleh: Atun Salima*)
Penghakiman Terhadap Anak
Kita sering menjumpai seorang ibu berkata kasar dan jorok kepada anaknya karena jengkel dan kesal dengan ulah si anak. Padahal, sikap seperti itu akan memberi dampak yang buruk kepada si anak. Bagaimana sebaiknya jika si anak menjengkelkan? Dikatakan dalam pepatah jawa ojo sok nyepatani anak (jangan suka mengumpat pada anak). Dalam ajaran Islam, kata-kata ibu bisa menjadi sebuah doa. Jikalau yang diucapkan seorang ibu adalah sebuah umpatan, dan umpatan itu terhitung menjadi sebuah doa yang makbul, maka di kemudian hari sang ibu akan rugi sendiri.
Kita sering menjumpai sikap orang tua di tengah masyarakat yang kurang nyaman dilihat dan didengar misalnya: "Bodoh sekali sih kamu, begitu saja salah dan tidak bisa!" atau "Dasar anak bandel!", kalimat-kalimat tersebut tidak asing lagi kita dengar. Bahkan, beberapa orang tua sering mengucapkan kalimat tersebut di depan umum. Pendapat ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa jika seorang anak diberi sebuah predikat baik atau buruk, maka dikemudian hari akan menjadi identitas anak tersebut.
Dampak Terhadap Anak
Terdapat suatu pemikiran dasar yang menyatakan bahwa anak yang diberi predikat bandel dan diperlakukan sebagai anak bandel, dengan sendirinya akan menjadi bandel. Anak yang diberi predikat bodoh dan diperlakukan seperti anak bodoh, maka akan menjadi bodoh. Bagi banyak orang, pengalaman mendapatkan predikat tertentu memicu pemikiran bawah sadarnya bahwa dirinya ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak jika dibarengi dengan penolakan yang sesungguhnya di masyarakat, dapat menghancurkan kemampuan berinteraksi, merendahkan harga diri, dan berpengaruh negatif terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya.
Saran Bagi Orang Tua
- Responlah secara spesifik terhadap perilaku anak, bukan kepribadiannya. Jikalau anak bertindak sesuatu yang tidak berkenan di hati, jangan merespon dengan ungkapan predikat buruk.
- Gunakanlah predikat untuk kepentingan pribadi orangtua. Memberikan predikat tidak selamanya buruk, misal penggunaan predikat untuk lebih memahami dinamika perilaku anak.
- Menahan diri sendiri untuk tidak mengumpat. Adakalanya orangtua sudah tidak sabar, sehingga ingin mengumpat anak, misalnya, "Heh, kamu goblok bgt sich". Jika kesabaran sudah diambang batas, maka sblm kata kata negatif keluar, sebaiknya orangtua menarik diri sementara dari anak.
Kesimpulan
Cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan kekurangan anak, akan sangat
berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, orangtua harus hati-hati,
dan mempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan kepada
anaknya. "Mulutmu adalah Harimaumu", begitulah kata pepatah, dan dalam hal
ini mulut orangtua bisa menjadi harimau bagi anak. Orangtua harus selalu berkata-kata
positif tentang anak, agar anak selalu berpikiran positif tentang dirinya dan tumbuh dengan harga diri yang tinggi, perasaan dicintai, dan diterima.
Semoga bermanfaat bagi para pembaca.
