![]() |
Puji (26), reporter YayasanIhsanulFikri.org tengah berpose di halaman depan Rumah Dunia pada Senin (29/8). | Fotografer: Dyah |
Sebuah Cacatan Perjalanan dari Pulau Jawa bagian Barat
"Buku juga membuatku semangat menjalani hidup. Itulah – saya kira – alasan utama kenapa saya membangun Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dan menggelorakan “gempa lirerasi”, gempa yang menghancurkan kebodohan." (Gol A Gong)
YayasanIhsanulFikri.org | Serang, Banten - Rumah Dunia sebuah Taman Bacaan Masyarakat dengan jargon "Rumahku Rumah Dunia Kubangun Dengan Kata-kata" didirikan oleh Gol A Gong bersama istrinya Tias Tatanka dengan dibantu sahabat-sahabatnya.
Gong merupakan sosok inovator pendidikan yang idealis yang bermula dari seorang penulis. Hal ini dibuktikan dengan besarnya dedikasi yang telah diberikan untuk warga Banten dan masyarakat Indonesia yang berada di dalam maupun luar negeri untuk memberantas buta aksara dan mengkampanyekan program gemar membaca.
Apa Kata Relawan Rumah Dunia?
1.) Dzakwan Ali, relawan Rumah Dunia yang merupakan mahasiswa pendidikan Matematika UNTIRTA, asal Pandeglang Jawa Barat, yang juga menjabat sebagai ketua KAMMI Wilayah Banten.
Puji : "Apa yang membuatmu tertarik untuk bergabung jadi relawan Rumah Dunia?"
Dzakwan : "Karena Rumah Dunia adalah pondasi literasi di Banten yang mesti dijaga"
Puji : "Apa sih yang khas dari Rumah Dunia?"
Dzakwan : "Rumah Dunia telah menjadi penerang dalam gelapnya literasi di Banten. Idealisme yang begitu kuat menjadi prinsip setiap relawan yang terus dijaga oleh mas Gong."
Puji : "Konsekuensi apa yang harus dijalani selama menjadi relawan?"
Dzakwan: "Mesti menjaga nama baik Rumah Dunia dengan tetap mengedepankan idealisme."
2.) Yehan Minara, relawan Rumah Dunia yang merupakan mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Puji : "Kenapa teh Yehan tertarik untuk bergabung jadi relawan Rumah Dunia?"
Yehan: "Hm.. Seneng aja, aku emang suka dengan kegiatan kerelawanan."
Puji : "Bisa diceritakan bagaimana kisah Yehan sampai bisa masuk jadi relawan Rumah Dunia?"
Yehan: "Tahun 2012 diajakin sama temen seorganisasi di IMM kesini, eh jadi keterusan ga bisa move on.. hehe.. Suka banget sama tempat kaya gini, mungkin di Serang banyak, tapi yang ini bener-bener beda, udah nyaman bangetlah disini."
Puji : "Apa sih filosofi dari jargon 'Rumahku Rumah Dunia Kubangun dengan Kata-kata'?"
Yehan: "Secara garis besar, mas Gong itu pengen bikin rumahnya ada banyak buku bacaan, nah kalau kita udah banyak baca buku, maka kita akan bisa melihat dunia, karena buku adalah jendela dunia, kurang lebih seperti itu yang saya pahami."
Puji : "Bagaimana dengan sistem kerja tim relawan Rumah Dunia?"
Yehan : "Pada dasarnya mas Gong membebaskan kami untuk beraktivitas diluar, mengikuti berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Namun, jika sudah diamanahi, maka kita harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban kita."
Dokumentasi Perjalanan:
Gong merupakan sosok inovator pendidikan yang idealis yang bermula dari seorang penulis. Hal ini dibuktikan dengan besarnya dedikasi yang telah diberikan untuk warga Banten dan masyarakat Indonesia yang berada di dalam maupun luar negeri untuk memberantas buta aksara dan mengkampanyekan program gemar membaca.
Apa Kata Relawan Rumah Dunia?
1.) Dzakwan Ali, relawan Rumah Dunia yang merupakan mahasiswa pendidikan Matematika UNTIRTA, asal Pandeglang Jawa Barat, yang juga menjabat sebagai ketua KAMMI Wilayah Banten.
Puji : "Apa yang membuatmu tertarik untuk bergabung jadi relawan Rumah Dunia?"
Dzakwan : "Karena Rumah Dunia adalah pondasi literasi di Banten yang mesti dijaga"
Puji : "Apa sih yang khas dari Rumah Dunia?"
Dzakwan : "Rumah Dunia telah menjadi penerang dalam gelapnya literasi di Banten. Idealisme yang begitu kuat menjadi prinsip setiap relawan yang terus dijaga oleh mas Gong."
Puji : "Konsekuensi apa yang harus dijalani selama menjadi relawan?"
Dzakwan: "Mesti menjaga nama baik Rumah Dunia dengan tetap mengedepankan idealisme."
2.) Yehan Minara, relawan Rumah Dunia yang merupakan mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Puji : "Kenapa teh Yehan tertarik untuk bergabung jadi relawan Rumah Dunia?"
Yehan: "Hm.. Seneng aja, aku emang suka dengan kegiatan kerelawanan."
Puji : "Bisa diceritakan bagaimana kisah Yehan sampai bisa masuk jadi relawan Rumah Dunia?"
Yehan: "Tahun 2012 diajakin sama temen seorganisasi di IMM kesini, eh jadi keterusan ga bisa move on.. hehe.. Suka banget sama tempat kaya gini, mungkin di Serang banyak, tapi yang ini bener-bener beda, udah nyaman bangetlah disini."
Puji : "Apa sih filosofi dari jargon 'Rumahku Rumah Dunia Kubangun dengan Kata-kata'?"
Yehan: "Secara garis besar, mas Gong itu pengen bikin rumahnya ada banyak buku bacaan, nah kalau kita udah banyak baca buku, maka kita akan bisa melihat dunia, karena buku adalah jendela dunia, kurang lebih seperti itu yang saya pahami."
Puji : "Bagaimana dengan sistem kerja tim relawan Rumah Dunia?"
Yehan : "Pada dasarnya mas Gong membebaskan kami untuk beraktivitas diluar, mengikuti berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Namun, jika sudah diamanahi, maka kita harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban kita."
Dokumentasi Perjalanan:
![]() |
Suasana pagi hari di terminal Pakupatan, Serang, Banten (28/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Aula terbuka Rumah Dunia (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Ciri khas pohon di Rumah Dunia (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Cafe Solidarnos tampak depan (29/8) | Fotografer: SPL |
Solidarnos Cafe ada di areal Rumah Dunia, didirikan pada bulan Oktober 2015 oleh Gol A Gong dan Tias Tatanka, yang juga pendiri Rumah Dunia. Mereka mendesain kafe ini penuh dengan nilai seni dan perjalanan. Jejak Si Roy sangat kental sekali di kafe ini. “Ada rezeki dari film, modal awal Rp. 50 juta,” kata Tias. “Kami berharap cafe ini bisa mensubsidi operasional bulanan Rumah Dunia. Juga beberapa relawan Rumah Dunia bisa membiyai kuliah dengan bekerja di sini. Juga kami para relawan setiap hari bisa berpesta di sini,” Tias tersenyum. Kata “Solidarnos” pada nama cafe ini juga adalah pilihan Gong, yang diambil dari salah satu bab di novel Balada Si Roy. Kata Gong, “Kata Solidarnos dalam Balada Si Roy berasal dari kata ‘Solidarnosc’, organisasi buruh di Polandia yang menginginkan kesejahteraannya. Secara bahasa, Solidarnos artinya solidaritas”.
![]() |
Salah satu ruang lesehan di Cafe Solidarnos (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Dinding perjalanan berisi kumpulan plat-plat nomor kendaraan di salah satu tembok Cafe Solidarnos (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Dinding cover buku/majalah (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Area Gong Traveling, berisi dokumentasi perjalanan para peserta. (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Ruang utama Cafe, tersedia meja kursi dan perabotan unik lainnya (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Foto bersama para relawan Rumah Dunia (29/8) berlatar belakang jendela poster dan quote's | Fotografer: Dyah |
![]() |
Mobil perpustakaan keliling hasil sumbangan dari majalah UMMI dan ANNIDA bertagline "IQRO! Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia" terparkir rapi di garasi (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Lukisan beri kata-kata bernuansa kritik sosial (29/8) | Fotografer: YM |
![]() |
Lukisan yang menggambarkan kritik sosial yang terjadi di pemerintahan Banten (29/8) | Fotografer: YM |
![]() |
Gong Library (29/8) | Fotografer: SPL |
![]() |
Sepeda dan Tas gunung yang bersejarah Golagong | Fotografer: SPL |
![]() |
Pajangan cover-cover majalah di salah satu dinding Gong Library | Fotografer: SPL |
![]() |
Pojok lain Gong Library yang berisi rak buku dan pajangan kliping-kliping koran | Fotografer: SPL |
![]() |
Plakat-plakat penghargaan | Fotografer: SPL |
![]() |
Piagam Penghargaan dari Menteri Pendidikan Muhammad Nuh, sebagai individu/inovator pendidikan tahun 2012 | Fotografer: SPL |
![]() |
Akhir dari kunjungan, siap untuk pulang ke Magelang (29/8) | Fotografer: Dyah |
Sejarah singkat pendirian Rumah Dunia

Pria kelahiran Purwakarta 15 Agustus 1963 ini juga penulis skenario TV. Pada 1995 bekerja di Indosiar. Kemudian hijrah ke RCTI (1996 - 2008) sebagai senior creative. Beberapa novelnya diangkat ke layar kaca, seperti Balada Si Roy yang dibuat versi sinetronnya oleh PT Indika Entertainment, diperankan Ari Sihasale (ditayangkan di Malaysia), Pada-Mu Aku Bersimpuh (2002, RCTI), dan Al Bahri (SCTV, 2002). Sekarang novel “Balada Si Roy” sedang pra-produksi untuk layar lebar. Semoga pada 2016 bisa ditonton di bioskop.
![]() |
Gol A Gong |
Nama pena “Gol A Gong”, ketika ia bertanya kepada ibunya, seorang guru di sekolah keterampilan putri, Serang. “Gong” itu berarti karyanya “goal” atau “masuk”, dan “gong” itu harapan, agar karya-karyanya menggema di hati pembaca. Sedangkan “A” berarti “Allah”. Filosofinya adalah “kesuksesan itu milik Allah”.
![]() |
Anak-anak yang turut meramaikan aktivitas di Rumah Dunia dengan menggambar |
![]() |
Gong bersama Tias, istrinya |
Ketika Gol A Gong mulai membuka perpustakaan keluarga untuk masyarakat pada tahun 1990-an, pada saat bersamaan dia juga merintis penerbitan tabloid bulanan berbasis komunitas, yaitu Banten Pos (1993) dan Meridian (2000). Dua tabloid itu hanya bertahan enam bulan. "Saya diancam petugas dengan pistol di atas meja jika tidak menghentikan penerbitan tabloid," ujar pria yang sempat bercita-cita menjadi pilot di masa kecilnya itu.
![]() |
Foto bersama selepas pelatihan menulis skenario |
![]() |
Kelas menulis Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia angkatan ke-28 pada Ahad (28/8) bertempat di Gong Library dihadiri 30 peserta |
(Sumber narasi: Dari Menulis ke Rumah Dunia; Sumber Foto: koranrumahdunia.com dan akun Facebook Golagong New)